Kisah Sandal Rasulullah dan Singgasana Arsy Allah SWT


Bismillahirrahmanirrahim


Allahumma shalli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad


KOTA BEKASI - Singgasana Allah SWT atau ‘Arsy merupakan makhluk terbesar yang diciptakan oleh-Nya. Allah SWT menyebut dalam berbagai ayat jika Dia bersemayam di atas ‘Arsy. 


Para malaikat tidak boleh masuk ditempat yang suci ini.


Tempat ini adalah batas akhir dari seluruh Makhluk. Namun, sandal berikut pernah sampai ke Singgasana yang Maha Suci.


Sandal ini hanya terbuat dari kulit kambing, talinya bersatu pada bagian depan dan terjepit di antara dua jari kaki.


Siapa pemilik sandal ini?


Ternyata, sandal tersebut adalah milik Rasulullah SAW.


Tatkala Nabi Musa AS diperintahkan harus membuka sandalnya ketika ingin bertemu dan berdialog dengan Allah SWT di bukit Thursina, maka Nabi Muhammad SAW diperbolehkan membawa apapun yang dipakainya.



Seperti apakah kisahnya?


Sandal Rasulullah SAW memiliki kemuliaan tersendiri. Namun bukan berarti sandal ini lebih mulia dari pada manusia atau malaikat. 


Namun karena martabat Rasulullah SAW sangat tinggi, sehingga apapun yang berkaitan, melekat atau dekat dengan beliau terbilang sangat mulia.


Ketika sahabat Anas r.a ditanya tentang Sandal Beliau, “Bagaimanakah sandal Rasulullah SAW itu?”


Anas ra. menjawab : “Kedua belahnya mempunyai tali qibal” (tali sandal yang bersatu pada bagian mukanya dan terjepit di antara dua jari kaki)


Kisah saat sandal Baginda Rasulullah SAW sampai ke singgasana Allah ini terjadi pada saat peristiwa Isra Miraj, untuk menjemput perintah shalat langsung dari Allah SWT


Ketika itu, Malaikat Jibril menjemput Nabi Muhammad untuk ikut bersamanya menuju ke Hadhratullah. (Hadirat Ilahi)


Diriwayatkah dalam Assyifa oleh Hujjatul Islam Al Qadhi’iyad alaihi rahmatullah bahwa di saat itu Rasulullah SAW menceritakan:


“Saat aku naik menuju Mi’raj aku melihat di langit itu para malaikat gemuruh dengan dzikir dan tasbih dan warna dan bentuk yang belum pernah aku lihat di permukaan bumi belum pernah ada warna seperti itu dan bentuk seperti itu dan kulihat hamparan Surga itu bentangan tanahnya adalah Misk yang di keringkan, minyak wangi yang mengering dari indahnya di campur dengan berlian dan juga mutiara dan kemudian aku sampai menembus Muntahal khalai’iq (batas akhir seluruh Makhluk).”


Di Sidratul Muntaha ini terdengarlah suara yang berseru kepada beliau,


“Wahai Muhammad SAW, masuklah.”


Nabi Muhammad SAW kemudian diangkat melewati Sidratul Muntaha dan ditutupi awan. 


Malaikat Jibril tertinggal.


Nabi Muhammad SAW berseru kepada Jibril, 


“Ikutlah bersamaku.”


Malaikat Jibril berkata,

 

“Engkau dan Tuhan engkau saja.”


Nabi Muhammad s.a.w. berkata lagi,


“Adakah di sini sahabat hendak meninggalkan sahabatnya?”


Malaikat Jibril menjawab, 


“di sini saja tempat batas akhir derajatku (batas tertinggi tingkatan maqam malaikat terdekat dengan Allah SWT), jika aku melintasi batas kawasan ini niscaya aku pasti akan terbakar dengan semarak cahaya keagungan.”


Malaikat Jibril pun tidak mampu untuk naik melintasi lebih tinggi lagi. 


Hanya orang yang diizinkan oleh Allah SWT yang dapat melintasi batas akhir sidratul muntaha.


“Tidak lagi kudengar satu suara, sepi dan senyap, tidak ada lagi bentuk dan warna warni dan saat itu akupun mendengar satu suara”


Nabi kemudian ketika tiba di hadapan Arsy (Singgasana Allah SWT) atau Hadirat Ilahi.


Beliau tidak sama sekali diperintahkan untuk membuka kedua sandalnya.


Sedekat dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi


Firman Allah Azza wa Jalla:


ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ


“Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi”


فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ


maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)


فَأَوْحَىٰ إِلَىٰ عَبْدِهِ مَا أَوْحَىٰ


Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan


مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَىٰ


Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.


(QS An Najm [53]: ayat 8 s/d  ayat 11)


Ayat-ayat di atas adalah sebagian keterangan dari perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. 


Namun ayat-ayat tersebut sebaiknya jangan dimaknakan sebagai pembuktian bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wallam  berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla di suatu tempat. 


Maha Suci Allah SWT dari “di mana” "kapan" dan “bagaimana”


Karena tentu Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta tidak terikat ruang, bentuk, dimensi dan waktu.


Imam Sayyidina Ali ra mengatakan yang maknanya: “Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya “di mana” (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya “bagaimana“


Allah SWT kemudian berdialog dan berdiskusi dengan Nabi dan memberikan perintah langsung untuk menjalankan ibadah shalat kepada seluruh umatnya.


Semasa hidupnya, tidak ada yang tahu entah berapa kali sang Baginda mengganti sandalnya.



Namun yang pasti, salah satu sandalnya kini tersimpan di salah satu ruangan rahasia di dalam Museum Negara Topkapi Istanbul, Turki.


Dalam Kitab Jawahirul Bihar Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani.


ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﻧﻌﻞ ﻣﺤﻤﺪ *** ﻋﻠﺖ ﻓﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ

ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻪ


Alas kaki Nabi Muhammad berada di atas kepala alam semesta dan seluruh makhluk berada di bawah bayang-bayangnya.


Shalawat dan salam, semoga senantiasa selalu tercurah setiap detik kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, Keluarga dan Sahabat-sahabatnya yang membawa cahaya nikmat iman dan islam yang menerangi penjuru dunia dan menghidupkan hati nurani kita.


Agama yang menjadi cahaya petunjuk dan jalan bagi segala perbuatan baik dan mulia bagi umat manusia diseluruh dunia.


Allahumma shalli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad



Lebih baru Lebih lama