Negara Militer Kuat Mengambil Wilayah Negara Militer Lemah dan Ramalan Bung Karno tentang Neo Kolonialisme dan Neo Imperalisme Gaya Baru


Viralbekasi.com - Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. 


"Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri.


Kolonialisme (atau juga disebut Penjajahan) adalah sistem di mana negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih berhubungan dengan negara asal tersebut. 


Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasi atau mempromosi sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari penjajah lebih hebat ketimbang yang dijajah.


Negara penjajah pertama adalah Portugis dan Spanyol. Negara tersukses dari penjajahan adalah Britania.


Pendukung dari penjajahan berpendapat bahwa hukum jajah-menjajah menguntungkan negara yang dijajah dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk modernisasi dan demokrasi.


Mereka menunjuk ke bekas jajahan seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh sukses pasca-penjajahan.


Apakah perbedaan antara Imperialisme dan Kolonialisme.


Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium.

Kolonialisme ialah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.



Imperalisme Romawi


Kekaisaran Romawi (Latin: IMPERIVM ROMANVM atau Imperium Romanum) adalah sebuah entitas politik yang pernah berkuasa di Italia saat ini dengan Roma sebagai pusat pemerintahannya. Walaupun kota Roma telah berdiri sejak tahun 753 SM, perlu waktu 500 tahun bagi pemerintah Romawi untuk meneguhkan kekuasaannya hingga melewati semenanjung Italia.


Dalam proses memperluas kekuasaannya, Romawi berbenturan dengan Kartago (pemerintahan yang didirikan tahun 814 SM oleh bangsa Fenisia).


Akibatnya, keduanya berperang dalam sebuah peperangan yang disebut Perang Punic (264-241 SM).


Perang ini berakhir dengan direbutnya kota Kartago oleh Romawi pada tahun 146 SM, yang menandai permulaan dari dominasi pemerintahan Romawi di Eropa, yang terus berkuasa dengan kekuasaan tertinggi selama enam abad berikutnya.



Imperalisme Inggris dan Kolonialisme Negara Eropa Barat


Selama Zaman Penjelajahan pada abad ke-15 dan 16, Portugal dan Spanyol memelopori penjelajahan maritim Eropa ke berbagai belahan dunia sekaligus mendirikan wilayah koloni.


Iri melihat keberhasilan dan kejayaan yang mereka peroleh, Inggris, Prancis dan Belanda mulai membentuk koloni dan jaringan perdagangan mereka sendiri di Amerika dan Asia.


Imperium Britania (bahasa Inggris: British Empire) adalah suatu imperium kekuasaan yang terdiri dari wilayah-wilayah koloni, protektorat, mandat, dominion dan wilayah lain yang pernah diperintah atau dikuasai oleh Britania Raya.


Imperium Britania dimulai pada akhir abad ke-16 sejalan dengan berkembangnya kekuatan Angkatan Laut Britania Raya dan merupakan imperium yang paling luas dalam sejarah dunia serta pada suatu periode tertentu pernah menjadi kekuatan utama di dunia.


Pada tahun 1922, Imperium Britania mencakup populasi sekitar 458 juta orang, kurang lebih seperlima populasi dunia pada waktu itu, yang membentang seluas lebih dari 33.700.000 km2, atau sekitar seperempat luas total bumi.


Imperium Britania pada suatu masa pernah dijuluki sebagai "kerajaan tempat Matahari tak pernah tenggelam" karena wilayahnya membentang sepanjang bola dunia dan dengan demikian Matahari selalu bersinar, paling tidak di salah satu dari begitu banyak koloninya.


Perang Rusia dan Ukraina


Bagi pemerintah Rusia, perluasan keanggotaan NATO sejak berakhirnya Perang Dingin selalu dianggap ancaman bagi keamanan negaranya.


Anggota NATO, yang termasuk negara-negara bekas Uni Soviet seperti Estonia dan Latvia, bernaung di bawah perlindungan Article 5, yaitu jaminan bahwa serangan bagi satu anggota NATO adalah serangan terhadap semua.


Oleh karenanya, muncul narasi bahwa bila Ukraina juga bergabung dengan NATO, Rusia akan semakin terancam.


Dalam permintaan tertulisnya pada bulan Desember 2021, Rusia meminta agar kondisi keamanan di Eropa dikembalikan seperti sebelum 1997, yaitu sebelum adanya perluasaan keanggotaan NATO secara masif.


Rusia bahkan meminta agar pasukan serta infrastruktur militer NATO di negara-negara yang bergabung sesudah 1997 ditarik mundur.


Tentu NATO menolak permintaan Rusia tersebut, karena penarikan mundur pasukan dan persenjataan dari kawasan Eropa Timur, seperti dari Estonia, Latvia, dan Lituania, berarti pelanggaran terhadap komitmen NATO pada anggotanya.


Di sisi lain, sejak merdeka dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991, Ukraina telah mendekat secara bertahap pada NATO. Ukraina mengatakan secara tegas keinginannya untuk masuk NATO pada tahun 2002.


Keinginan tersebut didasarkan pada fakta bahwa untuk mengamankan negaranya yang bersebelahan dengan Rusia, Ukraina membutuhkan jaminan keamanan untuk lepas dari pengaruh dan ancaman Rusia.


Ketakutan Ukraina ini didasarkan pada narasi identitas kebangsaan mereka yang dibangun dari penderitaan jaman Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet, bencana kelaparan besar (Holodomor) di tahun 1933, dan konflik di Donbas sejak 2014.


Narasi nasionalisme yang memosisikan Ukraina sebagai bagian dari Eropa ini juga menjelaskan mengapa sejak tahun 1998, Ukraina juga memiliki keinginan untuk masuk ke Uni Eropa.


Pada tanggal 24 Februari 2022, Rusia melancarkan operasi militer ke Ukraina salah satu negara tetangganya di sebelah barat daya, operasi ini menandai peristiwa penting dalam perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada tahun 2014.


Invasi ini juga menyebabkan sepertiga penduduk Ukraina untuk berpindah dan lainnya dari 7 juta orang Ukraina meninggalkan negaranya, yang memicu krisis pengungsi Eropa yang paling cepat sejak Perang Dunia II


Presiden Rusia Vladimir Putin telah menegaskan bahwa tujuan invasi ini adalah pergantian rezim pemerintahan Ukraina serta demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina.


Bahkan, dalam pidato terakhirnya, Putin masih mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina adalah satu kesatuan bangsa dan orang-orang Ukraina hanya tercuci otaknya.


Pidato ini mengulangi narasi lama, sejak 2008, dari Pemerintah Rusia mengenai penyatuan bangsa Rusia dan Ukraina.


Namun, banyak argumen yang meyakini bahwa serangan Rusia ini murni merupakan respons terhadap perluasan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).


Empat wilayah Ukraina yang diduduki Rusia menyatakan ingin bergabung dengan Moskow menurut hasil referendum yang digelar dalam beberapa hari terakhir.


Pejabat pro-Rusia di empat wilayah Ukraina yang diduduki itu mengklaim lebih dari 90 persen penduduknya mendukung untuk bergabung dengan Federasi Rusia.


Keempat wilayah itu yakni Zaporizhzhia, Kherson, Lugansk timur, dan Donetsk.


Pada akhir September 2022, pejabat yang dipasang Rusia di Ukraina menyelenggarakan referendum tentang pencaplokan wilayah pendudukan Ukraina, termasuk Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk di oblast Donetsk dan Luhansk yang diduduki Rusia, serta administrasi militer yang ditunjuk Rusia Oblast Kherson dan Oblast Zaporizhzhia.


Pemerintah Ukraina dan sekutunya mengecam ini dan menyebutnya sebagai referendum palsu, hasil resmi menunjukkan mayoritas mendukung aneksasi.


Ukraina, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam pencaplokan itu sebagai tindakan ilegal dan menolak mengakui hasil referendum Rusia di Ukraina ini. Mereka menegaskan masih mengakui integritas wilayah Ukraina.



Ramalan Bung Karno


Sulit untuk disangkal, perang yang sedang terjadi dan akan terjadi lebih banyak didorong oleh motif ekonomi. Itu juga sebenarnya motif penjajahan gaya lama, selain untuk merasa digdaya baik dalam kekuatan secara ekonomi maupun kekuatan secara militer.


Perang juga masih berkecamuk di bagian Timur Tengah lain, yaitu antara Israel dan Hamas Palestina.


Sementara itu, di Asia Timur, Ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan terus terjadi.


Di Laut Cina Selatan, ketegangan antara Tiongkok dan beberapa negara juga belum mereda.


Bahkan, hubungan Tiongkok dan Filipina yang sempat membaik kembali menegang belakangan ini.


Bung Karno sendiri sudah sejak lama mewanti-wanti masalah tersebut. 


Pledoinya yang dibacakan di hadapan pengadilan kolonial Belanda di Bandung pada tahun 1930, yang sangat terkenal itu, “Indonesia Menggugat”, pada hakikatnya bukanlah pembelaan pribadi Bung Karno agar tak dipenjara.


Pleidoi itu lebih berisi gugatan atas praktik kolonialisme dan imperialisme yang tengah berlangsung dan akan terus berlangsung.


Setelah usai Perang Dunia II dan Indonesia merdeka, Bung Karno juga menyerukan rakyat Indonesia agar tetap waspada terhadap kolonialisme dan imperialisme gaya baru (neo kolonialisme dan imperialisme, nekolim).


Menjelang akhir kekuasaannya, 27 Oktober 1965, Bung Karno kembali menyerukan bahaya nekolim.


“Menteri-menteri, dan kepada semua Panca Tunggal, saya ulangi padamu: Pemimpin-pemimpin partai, verlies je kop niet, verlies je kluts niet, tetaplah jaga keselamatan negara dan keselamatan revolusi!


"Segala usaha daripada nekolim dan CIA harus kita awasi, Saudara-Saudara, sebab nekolim dan CIA is daarom nekolim en CIA. Artinya, kalau mereka tidak berusaha untuk menghancurkan kita, merugikan kita, memecahkan kita, bukan nekolim, bukan CIA"


"Awas, Saudara-Saudara, awas, jangan kita pun ditunggangi oleh nekolim atau CIA ini,”


diucapkan Bung Karno di hadapan wakil-wakil partai politik di Istana, Jakarta, ketika itu.


(Red)

Lebih baru Lebih lama