Kota Bekasi - Sistem Demokrasi Amrika Serikat memang memberikan kebebasan hak pilih kepada rakyar dan kesetaraan dalam berpolitik.
Namun kelemahan Sistem Demokrasi seperti di Amerika adalah proses dan siklus kepemimpinan yang berganti setiap 4 tahun sekali.
Maka ketika ganti Pemimpin suasana Amerika dan Dunia berubah seperti sebuah siklus musim atau cuaca.
Ketika Trump dari Partai Republik berkuasa yang kebijakannya lebih fokus ke urusan Nasional dan dalam Negeri walau terkesan gayanya rusuh namun kebijakannya lebih gaya pebisnis, dunia adem sedikit Perang, paling banter perang dagang.
Ketika ganti Joe Biden dari Partai Demokrat yang kebijakannya lebih ke fokus luar Negeri sebagai Polisi Dunia maka kebijakan AS berubah dan perang ramai berkobar di mana-mana di berbagai belahan dunia.
Kelemahan sistem Demokrasi adalah sulit mempertahankan stabilitas dan kebijakan jangka panjang karena siklus masa jabatan.
Di Tiongkok dan Rusia yang Presidennya bisa seumur hidup karena tidak ada batasan untuk nyapres hanya 2x, tentu Negaranya lebih stabil untuk mempertahankan kebijakan membangun dalam jangka Panjang karena tidak ada siklus ganti pemimpin setiap periode.
Ya walaupun Rusia ada pemilu namun saat ini konstitusinya tidak ada batasan periode untuk nyapres.
Putin berpeluang kembali mencalonkan diri setelah amandemen Konstitusi Rusia yang kontroversial tahun 2020 lalu menghapuskan batasan dua masa jabatan presiden secara berturut-turut.
Amandemen itu memungkinkan Putin kembali maju capres untuk dua masa jabatan enam tahun tambahan. Dengan demikian, Putin akan bisa memperpanjang kekuasaannya atas Rusia setidaknya hingga tahun 2036 mendatang.
Indonesia pernah mengalami sistem Parlementer dengan Perdana Menteri seperti sistem Parlementer di Inggris sebelum akhirnya kembali ke sistem Presidensial.
Masa parlementer dibentuk dengan membangun koalisi-koalisi antara berbagai aliran ideologi. Dari 1950 sampai 1959, tujuh kabinet yang memerintah berganti-ganti secara cepat, dan setiap kabinet gagal membuat perubahan yang signifikan untuk negara.
Karena Perdana Menteri dulu sering di jatuhkan Parlemen dengan mosi tidak percaya dan lain-lain
Baru menjabat beberapa bulan, Perdana Menterinya dan kabinetnya bubar karena sering di jatuhkan oleh Parlemen
Lama-lama Bung Karno kesal, karena Perdana Menteri beserta Kabinetnya sering di jatuhin Parlemen
Kalau gaduh dan begitu terus kapan Kerjanya buat Bangsa dan Negara.
Soekarno sadar bahwa periode demokrasi liberal dan sistem parlementer telah menghambat perkembangan Indonesia karena perbedaan-perbedaan ideologis di dalam parlemen dan kabinet.
Pada tahun 1959, Soekarno memulai periode Demokrasi Terpimpin.
Solusi yang disampaikan Soekarno adalah "Demokrasi Terpimpin" yang berarti pengembalian kepada UUD 1945 yang mengatur sistem kepresidenan yang kuat dengan tendensi otoriter.
Ia membubarkan parlemen dan menggantinya dengan parlemen baru yang setengah dari anggotanya ditunjuk sendiri oleh Soekarno.
Dengan cara ini, ia memiliki lebih banyak kekuasaan untuk melaksanakan rencana-rencananya.
Masa Orde baru Indonesia mengalami stabilitas Politik dengan Presiden Soeharto sebagai Pemimpin 6 periode berturut-turut.
Walaupun GBHN adalah ide dari masa Pemerintahan Soekarno tetap di pertahankan di masa Orba.
Stabilitas Politik dan Kepemimpinan yang panjang selama 32 Tahun membuat Indonesia memiliki waktu membangun perekonomian dengan Trilogi Pembangunan dan Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita jilid 1,2,3,4,5 hingga ke 6.
Namun rezim Orba yang memiliki gaya represif terhadap masyarakat,kritik dan pers mendapat sentimen negatif dalam catatan sejarah bangsa ini.
Kelemahan sistem absolut yang terpusat pada sosok satu pemimpin yang memimpin dalam periode lama membuat korupsi, kolusi dan nepotisme berakar dan berkembang.
Anak-anak Presiden Soeharto yang ketika itu sudah beranjak dewasa pada masa akhir kepemimpinannya banyak berkecimpung dalam bisnis dan proyek-proyek strategis nasional dengan memanfaatkan pengaruh kekuasaan bukan saja mendapat sorotan dari masyarakat bahkan kritik orang terdekat Pak Harto yang merupakan seorang mantan Panglima ABRI.
Seatu hal yang sangat di sesali Pak Harto ketika sudah lengser akibat krisis moneter 1998 dan berbagai demo Mahasiswa dan Masyarakat yang menuntut Reformasi saat menjenguk sang Jenderal ketika terbaring sakit.
Dengan suara Soeharto yang sangat lirih dan nyaris tidak terdengar. pelan-pelan mata dua jenderal ini berkaca-kaca.
“Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyo ngene (Kamu memang yang benar, Ben. Seandainya aku menuruti nasihatmu, tak akan seperti ini),” kata Soeharto seperti yang ditirukan oleh asisten Benny yang berada di ruang perawatan. Demikian dikutip dalam buku “Benny Moerdani Yang Belum Terungkap”
Dua hari setelah kunjungan tersebut, Benny meninggal dunia pada Agustus 2004.
Tentu kita melihat tidak ada sistem pemerintahan yang sempurna di dunia ini baik sistem Demokrasi maupun sistem Kepemimpinan Absolut dan terpusat pada seorang sosok Kepala Negara.
Memang saat ini Tiongkok yang di pimpin oleh Xi Jinping yang merupakan sosok sederhana dan anti korupsi mampu membawa Tiongkok ke puncak kemajuan dan kejayaan ekonominya dan berpeluang menjadi Presiden seumur hidup.
Begitu pula sosok Vladimir Putin yang tegas dan kuat dalam membela kepentingan dalam negeri dan keamanan Rusia dari ancaman Negara-negara Barat dan Sekutunya.
Pertanyaannya apakah nanti sosok figur pemimpin pengganti mereka karakternya akan sebagus dan sebaik mereka?
Jika Pemimpin itu lebih buruk tentu akan tidak baik bagi sebuah Negara apabila dia berkuasa dengan jangka waktu periode yang lama.
Walaupun sistem kepemimpinan absolut terpusat mampu mencapai stabilitas politik untuk program dan rencana pembangunan jangka panjang.
Karena membangun sebuah Negara untuk menjadi Negara maju tentu membutuhkan waktu puluhan tahun.
Pasca reformasi dilakukan Amandemen UUD 1945 yang membatasi masa jabatan Presiden RI maksimal hanya 2 periode, hal ini dilakukan agar peristiwa periode masa Kepemimpinan Presiden yang tidak terbatas seperti zaman Orde Baru tidak terulang kembali.
Sistem Kepemimpinan Demokrasi dan Sistem Kepemimpinan Terpusat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Tidak ada sistem dan tatanan Politik yang 100% sempurna di dunia ini.
Indonesia pasca reformasi memiliki sistem demokrasi yang baik dengan eksekutif dan legislatif yang di pilih secara langsung oleh rakyat.
Lalu bagaimanakah pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya dibawah kepemimpinan Presiden baru akan di lantik pada bulan Oktober 2024 nanti?
(Red)