Malam Satu Suro dalam Tradisi Jawa


Kota Bekasi - Satu Suro adalah peringatan malam pertama bulan Suro (Muharram) dalam kalender Jawa dan Islam. Bagi masyarakat Jawa, khususnya yang menganut kejawen, Satu Suro dianggap sebagai malam yang sakral dan penuh dengan kekuatan mistis. Berikut beberapa tradisi dan keyakinan yang terkait dengan Satu Suro:


1. Tapa Bisu: Ini adalah tradisi berpuasa bicara (tidak berbicara) yang dilakukan oleh beberapa orang sebagai bentuk meditasi dan refleksi diri.


2. Laku Tirakat: Melakukan berbagai bentuk tirakat atau ritual untuk memohon keselamatan dan berkah. Ini bisa berupa puasa, bermeditasi, atau mengunjungi tempat-tempat keramat.


3. Larung Sesaji: Ritual melarung (menghanyutkan) sesaji ke laut atau sungai sebagai simbol pembersihan diri dan lingkungan dari energi negatif.


4. Mengunjungi Tempat Keramat: Banyak orang yang mengunjungi makam leluhur atau tempat-tempat keramat untuk berdoa dan meminta berkah.


5. Malam Hening: Pada malam Satu Suro, beberapa masyarakat memilih untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan dan menjaga suasana hening serta tenang sebagai bentuk penghormatan.


Tradisi Satu Suro sangat dipengaruhi oleh sinkretisme antara agama Hindu-Buddha, Islam, dan kepercayaan lokal yang ada di Jawa. Meskipun demikian, makna dan cara perayaan Satu Suro bisa bervariasi di setiap daerah.


(Red)

Lebih baru Lebih lama