Aksi "Marah", Intoleran dan "Miskomunikasi" Oknum ASN merusak Predikat Kota Toleran No. 2 di Kota Bekasi



Kota Bekasi - Masyarakat gempar dengan dikejutkan dengan tindakan viral intoleransi oknum ASN Pemkot Kota Bekasi yang mengamuk dan mengusir kegiatan ibadah disebuah Komplek Perumahan.


Para warga sekitar telah menenangkan hal tersebut, sesungguhnya hal itu tidak perlu terjadi karena mungkin saja kegiatan itu bukanlah aktivitas ibadah kebaktian namun mungkin saja bisa jadi kegiatan latihan paduan suara umat beragama tersebut sebelum kemudian beribadah di Gereja.


Hal ini sangat menyedihkan di Negera kita tercinta yang menjunjung tinggi kebebasan beragama yang berdasarkan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila, apalagi Kota Bekasi terkenal dengan reputasi Kota Toleransi No.2 di Indonesia.


Kita pun teringat ada kejadian umat Nasrani yang protes tentang suara speaker Toa Masjid diseatu wilayah namun malah di protes oleh warga sekitar yang mayoritas muslim.


Memang di Indonesia ini banyak berbagai macam Agama yang yang di anut oleh berbagai masyarakat Indonesia,masing-masing Agama mengklaim bahwa Agamanya yang terbaik, itu hal yang lumrah karena setiap umat meyakini dan berpegang teguh dalam ajaran Agamanya masing-masing.


Namun sebagai mahkluk sosial manusia beragama tidak hidup sendiri dan mereka  harus dapat menerima manusia lain walaupun berbeda Agama.


Bukankah sebagai umat muslim yang membaca Kitab Suci Al Quran tertulis dan di jelaskan bahwa jika Allah Swt berkehendak Manusia diciptakan satu suku bangsa dan ras dan Agama di ciptakan satu saja.


Namun Allah SWT berkehendak manusia diciptakan berbeda-beda suku bangsa dan banyak Agama dan keyakinan Agar saling mengenal (Q.S Surat Al-Hujurat ayat 13)


Disinilah peran para pemuka-pemuka dan ulama pada Agama-agama yang ada di Indonesia untuk mampu memberikan ceramah yang kondusif kepada umatnya bukan berceramah kepada umat pengikutnya bahwa Agamanya yang mereka anut paling benar dan masuk surga dan Agama lain umatnya masuk Neraka.


Jika memang kegiatan Agama itu mengganggu lingkungan karena suara nyanyian peribadadatan atau malah hanya latihan paduan suara yang menganggu.


Harusnya Umat Islam juga intropeksi bahwa kegiatan pengajian dirumah yang juga pakai Toa Speaker suara apakah tidak mengganggu umat Agama lain yang Minoritas.


Ya mungkin mereka karena mereka merasa Mayoritas maka kurang peduli dengan tetangga sekitar yang beragama lain.


Atas insiden ini kami berharap pada stakholder dari Forkompinda, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Lintas Agama dapat lebih bekerja keras dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Kota Bekasi.


Dan tentunya kami berharap PJ. Walikota Bekasi dapat bertindak lebih keras dan tegas membina para anak buah ASNnya dalam bertindak waras berdasarkan tingkat intelektual mereka yang mayoritas berpendidikan tinggi tapi bersikap dan bertindak seperti orang kampung yang tidak pernah makan bangku sekolahan.


Kalau memang tidak setuju tentang seatu acara bisa dengan menegur dan bicara baik-baik bukan berteriak-teriak kepada tetangga layaknya Tarzan di Hutan.


Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua masyarakat Kota Bekasi bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang memiliki sikap, tata Krama dan sopan santun yang baik hanya karena kebawa emosi dan terbawa kemarahan.


Mengutip Alkitab


Amsal 15:18 Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.


Mengutip Hadist Nabi


Rasul menegaskan, “amarah itu datangnya dari setan” (HR. Abu Daud, no. 4784). 


Disisi lain, dari Abu Ad-Darda' ra, ia berkata, 


“Wahai Rasulullah tunjukanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkan kami ke dalam surga.” 


Rasulullah bersabda, “janganlah marah, maka surga untukmu” (HR. Thabrani).


*Tulisan ini merupakan Opini Penulis*

Lebih baru Lebih lama