Deflasi Beruntun Lima Bulan, Banyak PHK, Daya Beli Ambruk dan Masyarakat Tidak Punya Uang untuk Belanja


Kota Bekasi - Deflasi adalah istilah dalam ekonomi ketika terjadi penurunan harga-harga barang dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.


Sekilas deflasi tampak menguntungkan bagi orang karena harga-harga barang dan jasa jadi lebih murah dan menjadi terjangkau oleh konsumen dan masyarakat.


Ya apabila harga barang dan jasa sangat murah tapi kalau masyarakat gak ada uang untuk membeli buat apa juga, bener apa nggak Pemirsa?


Namun, deflasi yang terjadi sekarang, menurut ekonom dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, bisa jauh lebih berbahaya.


Sebab deflasi beruntun ini menjadi sebuah indikator nyata bahwa "pendapatan atau uang di masyarakat sudah semakin langka didapatkan".


Sederhananya, masyarakat yang memiliki uang semakin sedikit.


"Jadi uang semakin sedikit itu bukan karena masyarakat tidak ingin berbelanja, tapi karena memang pendapatannya sudah turun. Itu indikasi yang sangat jelas dari kondisi deflasi saat ini," jelas Andri dikutip dari BBC.


UMKM Merana dan Sepi Pembeli Karena Daya Beli Masyarakat Sangat Lemah


Pengamat ekonomi kerakyatan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna, menuturkan kondisi para pelaku usaha kecil dan menengah saat ini "benar-benar gawat".


Pelaku UMKM  kata Hempri, terhimpit oleh daya beli yang turun ditambah serbuan barang impor dari China membanjiri pasar-pasar lokal.


Ironisnya, orang-orang yang terjun ke sektor ini mendirikan usaha sendiri bukan karena ingin mengembangkan bisnis, tapi sebagai "kantung penyelamat" untuk bertahan hidup setelah di-PHK atau gara-gara tak kunjung mendapatkan pekerjaan.


Sebab, kata dia, siapa pun bisa dengan mudah masuk dan keluar ke sektor UMKM tanpa standarisasi tertentu.


Itu mengapa 99% ekonomi Indonesia ditopang oleh sektor usaha kecil dan menengah. Pada 2023 saja, tercatat ada 66 juta pelaku UMKM.


"Jadi ya memang mayoritas pelaku UMKM di Indonesia ini by accident untuk survival."


Karenanya, Hempri meminta pemerintah segera bertindak untuk menyelamatkan para pelaku usaha kecil dan menengah ini.


Sebab ada sekitar 50 juta tenaga kerja bergantung di sektor tersebut yang kebanyakan rakyat kecil.


Lalu sampai kapan deflasi di Indonesia?


Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, menyebut deflasi selama lima bulan berturut-turut ini "mengkhawatirkan".


Karena di negara seperti Indonesia yang tingkat pertumbuhan ekonominya 5% semestinya tidak terjadi deflasi yang disebabkan oleh lemahnya daya beli.


"Ini menyerupai kondisi krisis, jadi ada kemungkinan akhir tahun 2024 ini inflasi di bawah 2% seperti saat pandemi tahun 2020-2021," ujarnya.


Ekonom lainnya seperti Hempri Suyatna dan Muhammad Andri Perdana, memprediksi deflasi di Indonesia akan terus berlanjut sampai akhir tahun.


Walaupun Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga dan akan dipangkas di bulan-bulan selanjutnya, tetap saja "berat" untuk memulihkan deflasi seperti sedia kala.


"Yang memberatkan gejala PHK massal ini tidak bisa ditangani dengan tingkat suku bunga yang turun," ujar Muhammad Andri.


"Ini PHK masalah struktural dan akibat dari investasi yang tak berpihak pada masyarakat"


"Sementara lapangan kerja yang ada sangat terbatas untuk meningkatkan kembali penghasilan masyarakat," sambungnya.


"Jadi lebih sulit mengatasi deflasi ketimbang menurunkan inflasi, karena deflasi disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat."


Penasihat ekonomi tim Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo, mengakui ada indikasi "ekonomi sulit" atau "pekerjaan formal susah" seperti yang dikeluhkan masyarakat.


Apa Nanti Langkah-Langkah Kebijakan Pemerintah Baru Prabowo dan Gibran Mengatasi Deflasi


Merespons persoalan ini, pemerintahan Prabowo, kata Dradjad Wibowo, akan meninjau ulang kebijakan-kebijakan yang bisa mengganggu konsumsi kelas menengah seperti misalnya penerapan PPN 12%.


Kemudian memperbanyak pelatihan untuk vocational skills bagi anak-anak muda. Baik untuk pekerjaan-pekerjaan mekanik, industri, hingga berbagai jasa.


Terakhir, menggunakan standarisasi untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja.


Sumber: BBC

Lebih baru Lebih lama