Kota Bekasi - Rivalitas antara kedua kubu pendukung Jokowi dan Prabowo pada kontestasi gelaran Pilpres sejak 2014 hingga 2019 menghasilkan polarisasi yang luar biasa antara kedua pendukung capres.
Ramai perseteruan kedua kubu pendukung Capres didunia nyata dan media sosial menghiasi hari-hari sepanjang gelaran Pilpres 2014 dan 2019.
Saling serang kedua kubu dengan sebutan cebong dan kampret mempertajam perseteruan antara kedua pendukung capres ditambah dengan saling serang antara tokoh-tokoh politik dari kedua kubu pendukung pada masa-masa itu.
Potensi polarisasi dan perpecahan Bangsa akibat kontestasi Pilpres seakan menjadi nyata, bahkan mungkin hal paling konyol saat itu dalam satu keluarga yang tinggal satu rumah pun bisa saling bermusuhan hanya gara-gara berbeda pilihan capres.
Namun hal itu berubah ketika Pak Jokowi sebagai Presiden terpilih tahun 2019 bertemu dengan Prabowo Subianto rival Capres yang kalah pada dua kali kontestasi Pilpres.
Pertemuan pada tanggal 13 Juli 2019 menjadi momen bersejarah yang patut kita syukuri sebagai bangsa Indonesia, karena bertemunya kedua tokoh penting di Indonesia tersebut juga menjadi momen rekonsiliasi dan bersatunya kedua kekuatan pendukung capres yang selalu berseteru baik di dunia nyata maupun di dunia maya hanya karena soal berbeda pilihan capres.
Bergabungnya Pak Prabowo ke kabinet Pak Jokowi sebagai Menteri Pertahanan yang notabene adalah menjadi bawahan mantan rivalnya menunjukan kebesaran dan keikhlasan hati beliau yang walaupun telah dua kali kalah pada kontestasi Pilpres namun hasrat beliau untuk mengabdi untuk Bangsa dan Negara tidak pernah padam.
Hal ini tentu patut kita syukuri karena tidak lama setelah momen pertemuan tersebut dunia termasuk Indonesia dihantam badai virus Covid-19 dan juga kondisi dunia sedang memanas akibat konflik dan perang dibeberapa kawasan seperti perang Rusia Ukraina, konflik Perang di Timur Tengah, konflik Tiongkok Taiwan dan Konflik Laut China Selatan.
Mengutip pernyataan Fahri Hamzah yang dulu menjadi pengkritik keras Presiden Jokowi bahwa akhirnya Fahri Hamzah menyadari bahwa jika para elit dan tokoh politik terus mempertunjukan dan mempertontonkan pertengkaran, perseteruan dan saling serang kepada seluruh rakyat Indonesia, maka hal tersebut tidak akan bermanfaat dan tidak akan menghasilkan apa-apa.
Ibaratnya jika Bangsa Indonesia ini masih sibuk terus bertengkar dan berseteru terus maka Negara dan Bangsa Indonesia akan lebih jauh tertinggal sementara Negara dan Bangsa lain sudah maju melangkah jauh entah dalam segi ekonomi, teknologi dan militer.
Rekonsiliasi dan bersatunya Pak Jokowi dan Prabowo adalah sebuah fenomena luar biasa dalam sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, sebuah hal yang tidak pernah terjadi dalam tinta sejarah Bangsa ini.
Seluruh lapisan masyarakat Indonesia perlu mencontoh rekonsiliasi dan bersatunya kedua tokoh penting tersebut bahwa konflik dan pertengkaran antara sesama anak Bangsa tidak akan menghasilkan kemajuan namun persatuan, kekompakan, toleransi dan kerjasama yang solid seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari berbagai elemen akan menghasilkan kemajuan yang besar bagi Ekonomi, Teknologi, Militer dan Kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pertengkaran, permusuhan dan perpecahan anak Bangsa akan menghasilkan kemunduran sementara persatuan dan kesatuan anak Bangsa akan menghasilkan kemajuan.
Tentu kita akan selalu berdoa semoga Bangsa dan Negara Indonesia akan lebih maju dan menjadi Negara Adidaya atau Negara Super Power di masa depan.
Sehingga walaupun saat ini mungkin banyak masyarakat yang mengalami masa-masa yang sangat sulit Pasca pandemi Covid-19 namun semoga anak dan cucu kita dapat mendapatkan dan menikmati kehidupan yang lebih baik, mapan dan sejahtera di masa-masa yang akan datang.
(Tim)